MAKALAH
CATUR ASRAMA
Penyusun:
KETUT SARPE ADI
SEKOLAH TINGGI AGAMA
HINDU
DHARMA NUSANTARA
JAKARTA
2016/2017
Atas asung wara nugraha
Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa, dalam waktu yang singkat ini
penyusun berusaha menyelesaikan sebuah makalah tentang “Catur Asrama” dan
dengan selesainya makalah ini semoga dapat memberikan mamfaat dan inspirasi
terhadap pembaca.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Jakarta, 29 Oktober 2016
Penyusun
Agama Hindu memiliki
kerangka dasar yang dapat dipergunakan oleh umat sebagai landasan untuk memahami, mendalami, dan menagamalkan
ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari -hari. Kerangka dasar tersebut terdiri
dari tiga unsur yaitu Tattwa/filsafat, susila/etika, danupacara/Ritual. Ketiga unsur kerangka dasar itu
merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan. Untuk dapat memahami,
mendalami, dan mengamalkan
ajaran Agama Hindu secara utuh dalam kehidupan sehari-hari maka setiap umat
Hindu memiliki kewajiban menjadikan kerangka dasar sebagai pedoman. Dengan
demikian, mereka dapat mewujutkan hidup dan kehidupan ini menjadi sejahtera dan
bahagia Ethika merupakan ajaran perilaku atau perbuatan yang bersifat
sistematis tentang perilaku (karma). Menurut kitab suci hendaknya selalu
mengupayakan perilaku yang baik dengan sesamanya. Memerlakukan orang lain
dengan baik sesungguhnya adalah sama dengan memperlakukan diri sendiri
(Tattwamasi). Perilaku seperti itu selamanya patut diupayakan dan
dilestarikandalam setiap tindakan kita sebagai manusia. Setiap individu
hendaknya selalu berfikir dan bersikap profesional menurut guna dan karma.
1. Apa Itu Catur Asrama Dan Apa Saja
Bagi-Bagianya?
2. Apa Contoh Penerapan Catur Asrama
Pada Zaman Modern?
1. Menjelaskan
Perngertian Catur Asrama Dan Pembagiannya
2. Mengetahui
Contoh Penerapan Catur Asrama Pada Zaman Modern
Catur Asrama berasal dari dua kata yaitu “Catur” yang artinya empat dan “Asrama” artinya tahapan atau jenjang.
Jadi Catur Asrama artinya empat jejang kehidupan yang harus dijalani dengan
sungguh-sungguh untuk mencapai moksa. Atau Catur Asrama juga dapat diartikan
sebagai empat tingkatan hidup manusia sebagai dasar keharmonisan hidup dimana
pada tiap-tiap tingkatan hidup manusia yang diwarnai dengan adanya ciri-ciri
tugas dan kewajiban yang berbeda pada setiap jenjangan tetapi memiliki kaitan
dan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan bagian lainnya.
Terdiri dari dua kata yaitu Brahma yang artinya ilmu
pengetahuan dan Cari artinya tingkah laku dalam mencari atau menuntut ilmu.
Brahmacari artinya tingkatan atau masa dimana manusia dalam usahanya menuntut
ilmu pengetahuan. Dizaman yang sudah modern seperti ini manusia atau orang
menuntut ilmu dilembaga pendidikan seperti sekolah dari jenjang Sekolah Dasar
sampai Perguruan tinggi. Berbeda dengan dizaman dahulu seorang murid menuntut
disebuah asrama dan itupun lokasinya jauh didalam hutan atau tempat sunyi.
Adapun pada masa Brahmacari ini murid tidak boleh mengumbar hawa nafsu dan
fokus untuk belajar saja.
Dalam kitab Nitisastra
II, 1 masa menuntut ilmu pengetahuan adalah maksimal 20 tahun, dan seterusnya
hendaknya kawin untuk mempertahankan keturunan dan generasi berikutnya.
Berikut ini kutipan Nitisastra sargah V1 dengan tembang
Kusumawicitra:
Taki-takining
sewaka guna widya
Smara
– wisaya rwang puluh ing ayusya
Tegah
I tuwuh san-wacana gegon-ta
Patilaring
atmeng tanu paguroken
Artinya:
Seorang pelajar wajib menuntut pengetahuan dan
keutamaan.
Jika
Sudah berumur dua puluh tahun orang harus kawin.
Jika
sudah setengah tua, berpeganglah pada ucapan yang baik.
Hanya
tentang lepasnya nyawa kita mesti berguru.
Pentingnya Brahmacari Asrama, disebutkan
dalam Atharvaveda sebagai berikut:
Brahmacaryena
tapasa, raja rastram vi raksati,acaryo brahmacaryena,
brahmacarinam
Icchate
(Atharvaveda XI.5.17)
Artinya:
Seorang
pemimpin dengan mengutamakan brahmacari dapat melindungi rakyatnya,
Dan
seorang guru yang melaksanakan brahmacari menjadikan siswanya orang yang
Sempurna
Sa
dadhara prthivim divam ca
Tasmin
devah sammanaso bha vanti
(Atharvaveda XI.5.1)
Artinya:
Seorang
yang melaksanakan brahmacari akan menjadi penompang kekuatan dunia;
Tuhan
(Hyang Widhi) bersemayam pada diri seorang brahmacari
Brahmacari
juga dikenal dengan istilah ” Asewaka guru / aguron-guron ” yang artinya guru membimbing
siswanya dengan petunjuk kerohanian untuk memupuk ketajaman otak yang disebut
dengan ” Oya sakti ” . Dalam masa brahmacari ini siswa dilarang mengumbar hawa
nafsu sex ,karena akan mempengaruhi ketajaman otak.
Untuk masa menuntut
ilmu, tidak ada batasnya umur, mengingat ilmu terus berkembang mengikuti waktu
dan zaman . Maka pendidikan dilakukan seumur hidup.
Dalam kitab Silakrama ,
pendidikan seumur hidup dapat dibedakan menurut perilaku seksual dengan masa
brahmacari.
Dalam
masa Brahmacari ini ada tiga pilihan yaitu:
Artinya tidak menikah sepanjang hidupnya
artinya dia tetap fokus untuk menuntut ilmu dan nanti akan menyebarkannya. Nah
Sukla Brahmacari ini akan melewati jenjang Grhasta Asrama atau masa berumah
tangga.
Contoh orang yang melaksanakan sukla brahmacari . Laksmana
dalam cerita ramayana, bhisma dalam mahabarata, jarat karu dalam cerita adi
parwa.
Artinya hanya menikah sekali saja dalam
hidupnya apapun alasannya.
Artinya menikah lebih dari satu kali,
maksimal empat kali dan itupun harus dapat izin dari istri misalnya karena
istri tidak bisa memberikan keturunan atau istri sakit-sakitan
Adapun syarat tresna brahmacari adalah :
- Mendapat persetujuan dari istri pertama
- Suami harus bersikap adil terhadap irtri-istrinya
- Sebagai ayah harus adil terhadap anak dari istri-istrinya.
- Suami harus bersikap adil terhadap irtri-istrinya
- Sebagai ayah harus adil terhadap anak dari istri-istrinya.
Jenjang yang kedua ini artinya masa berumah tangga,
tahapan ini dilakukan dengan melaksanakan pernikahan, pada tahapan ini
merupakan masa yang penting karena menunjang hal yang lainnya. Menikah
merupakan tugas suci bagi umat Hindu. Istri merupakan partner dalam kehidupan
dan seorang pria tidak bisa melakukan Yadnya tanpa Istri. Dalam masa inilah
manusia akan dilimpahkan rezekinya dan harus mendapatkan harta dengan Dharma
dan 1/10 hartanya diwajibkan untuk kepentingan amal atau dana punia. Dalam masa
berumah tangga ini ada beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan yaitu
melanjutkan keturunan atau membuat anak, membina rumah tangga artinya
memberikan nafkah bagi anggota keluarga, bermasyarakat atau ikut serta dalam
suka duka masyarakat atau mulai mebanjar dan melaksanakan Panca Yadnya.
Syarat-syarat perkawinan adalah :
- Sehat
jarmani dan rohani
- Hidup sudah mapan
- Saling cinta mencintai
- Mendapat persetujuan dari kedua pihak baik keluarga dan orang tua.
- Hidup sudah mapan
- Saling cinta mencintai
- Mendapat persetujuan dari kedua pihak baik keluarga dan orang tua.
Sejak itu jenjang kehidupan baru masuk ke dalam anggota
keluarga / anggota masyarakat. Menurut kitab Nitisastra. Masa grahasta yaitu 20
tahun.
Adapun tujuan grahasta
adalah :
- Melanjutkan keturunan
- Membina rumah tangga ( saling tolong menolong, sifat remaja dihilangkan, jangan bertengkar apalagi di depan anak-anak karena akan mempengaruhi perkembangan psikologis anak )
- Melaksanakan panca yadnya ( sebagai seorang hindu )
- Membina rumah tangga ( saling tolong menolong, sifat remaja dihilangkan, jangan bertengkar apalagi di depan anak-anak karena akan mempengaruhi perkembangan psikologis anak )
- Melaksanakan panca yadnya ( sebagai seorang hindu )
Wanaprasta terdiri dari
dua kata yaitu ” wana ” yang artinya pohon, kayu, hutan, semak belukar dan ”
prasta ” yang artinya berjalan, berdoa. Pada masa ini dimana seorang sudah lepas dari semua
kewajiban duniawi saat masih di masa Grhasta Asrama atau sudah pensiun dalam
masa berumah tangga dengan segala kewajibannya karena untuk sanjutnya hal itu
dilanjutkan oleh keturunan yang sudah melewati masa Brahmacari Asrama dan
sedang dalam masa Grhasta Asrama. Pada masa Wanaprastha untuk saat ini mungkin
tidak harus pegi ke hutan mungkin lebih pada mengendalikan diri dan melepaskan
diri dari ikatan keduniawian, pada masa ini umur sudah tua dan sudah banyak
menjalani dan pengalaman pahit manisnya hidup dan harus menjadi bijaksana untuk
menapak ke masa berikutnya.
Manfaat
menjalani jenjang wanaprasta dalam kehidupan ini antara lain :
a. Untuk mencapai ketenangan rohani.
adapun filsafat tentang itu :
- Orang menang, tidak pernah mengalahkan
- Orang yang kaya karena tidak pernah merasa miskin
- Orang yang kaya karena tidak pernah merasa miskin
b. Manfaatkan sisi hidup di dunia untuk
mengabdi kepada masyarakat.
c. Melepaskan segala keterikatan duniawi
Menurut kitab Nitisastra masa wanaprasta
kurang lebih 50 – 60 tahun.
Kata Biksuka berasal
dari kata Biksu yang merupakan sebutan pendeta Buda. Biksu artinya
meminta-minta. Masa biksuka ialah tingkat kehidupan yang dilepaskan terutama
ikatan duniawi, hanya mengabdikan diri kepada Tuhan ( Ida Sang Hyang Widhi Wasa
).
Merupakan tingkat kehidupan dimana pengaruh dunia sama
sekali sudah dilepaskan. Pada masa ini lebih banyak untuk menyebarkan ilmu
agama dengan menjadi seorang Guru atau Bhiksuka dan segala yang dilakukan
adalah berserah kepada sang Pencipta untuk mencapai moksa yang merupakan tujuan
akhir dari hidup seperti yang dijelaskan pada bagian akhir dari Catur Purusa
Artha.
Ciri-ciri seorang biksuka :
a. Selalu melakukan tingkah laku yang baik
dan bijaksana
b. Selalu memancarkan sifat-sifat yang
menyebabkan orang lain bahagia.
c. Dapat menundukkan musuh-musuh nya seperti
Sadripu
- Kama
= nafsu
- Loba
= tamak / rakus
- Kroda
= marah
- Moha
= bingung
- Mada
= mabuk
- Matsyarya
= iri hati
C. Penerapan Catur Asrama Pada Zaman Modern
Pada saat ini, asrama
tak dapat dihidupkan secara tepat sesuai dengan aturan rincian kuno, karena
kondisinya telah banyak sekali berubah, tetapi dapat dihidupkan kembali dalam
semangatnya, terhadap kemajuan yang besar dari kehidupan yang modern.
Kedamaian dan aturan akan berlaku dalam masyarakat , hanya apabila semua melaksanakan kewajiban masing – masing secara efektif. Penghapusan warna dan asrama akan memotong akar dari kewajiban social masyarakat. Bagaimana bangsa dapat mengharapkan untuk hidup bila warnasrama dharma tidak dilaksanakan secara tegar ?
Kedamaian dan aturan akan berlaku dalam masyarakat , hanya apabila semua melaksanakan kewajiban masing – masing secara efektif. Penghapusan warna dan asrama akan memotong akar dari kewajiban social masyarakat. Bagaimana bangsa dapat mengharapkan untuk hidup bila warnasrama dharma tidak dilaksanakan secara tegar ?
Ø
Murid –
murid sekolah dan perguruan tinggi seharusnya menjalani suatu kehidupan yang
murni , sederhana serta focus pada mengejar ilmu pengetahuan stinggi-tingginya.
Ø
Kepala rumah tangga seharusnya menjalani
kehidupan sebuah grhasta yang ideal, ia seharusnya melaksanakan pengendalian diri,
welas asih, toleransi, tidak merugikan, berlaku jujur,dan kewajaran dalam
segala hal. Selain itu, dengan berbekal ilmu dan keterampilan yang memadai yang
didapat pada masa brahmacari, seseorang diharapkan mendapat profesi menjanjikan
sesuai dengan keahliannya atau bahkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan
sendiri. Melalui media itu umat dapat mencari artha dan kama yang didasarkan
atas dharma.
Ø
Sementara pada saat menapaki kehidupan
wanaprasta, umat sesungguhnya dituntun untuk mengasingkan diri dari hal-hal
yang berbau keduniawian. Dulu, menapaki hidup wanaprasta umat pergi ke hutan
untuk menyepikan diri. Tetapi dalam konteks sekarang, ”hutan belantara” itu
berada di tengah-tengah kita. Agar umat mampu menghindari diri dari kobaran api
hawa nafsu, yang memang memerlukan pengendalian diri.
Ø
Pada tahapan bhiksuka atau sanyasin, umat
sangat baik mendalami hal-hal yang bernuasa spiritual untuk mendekatkan diri
dengan Sang Pencipta, dan diharapkan umat sudah harus mampu mengendalikan diri
dari hawa nafsu dan keinginan duniawi dan dapat menjauhkan diri dari sifat dan
musuh yang ada dalam diri seperti sad ripu, sapta timira, sad atatayi, tri mala
serta yang sejenisnya.
Dari pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa Catur Asrama artinya empat jenjang
kehidupan yang harus dijalani untuk mencapai moksa atau Catur
Asrama adalah empat tingkatan
hidup manusia sebagai dasar keharmonisan hidup dimana pada tiap-tiap tingkatan
hidup manusia yang diwarnai dengan adanya ciri-ciri tugas dan kewajiban yang
berbeda pada setiap jenjangan tetapi memiliki kaitan dan tidak bisa dipisahkan
antara satu dengan bagian lainnya.
Bagi-bagiannya
1.
Brahmacari
Asrama (Masa menuntut ilmu pengetahuan)
Ø
Sukla
Brahmacari (Tidak menikah)
Ø
Sewala
Brahmacari (Menikah Sekali)
Ø
Kresna
Brahmacari (Menikah lebih dari sekali)
2.
Grhasta
Asrama (Masa berumah tangga)
3.
Wanaprastha
Asrama (Mengasingkan diri ke hutan)
4.
Bhiksuka/Sayasin
(Bebas dari ikatan duniawi)
Kriana,Made.2015.”Pengertian Catur
Asrama Dan Bagiannya”.http://www.akriko.com/2015/09/pengertian-catur-asrama-dan-bagiannya.html.Di
akses pada Selasa,25 Oktober 2016
Supeksa, Ketut.2015.”Pengertian Dan
Penjelasan Catur Asrama Dalam Hindu”.http://www.pecintaipa.info/2015/11/pengertian-dan-penjelasan-catur-asrama.html.Di
akses pada Selasa 25 Oktober 2016
Fendi, Ajus.2013.”Catur Asrama”.http://belajaragamahindus.blogspot.co.id/p/catur-asrama.html.Di
akses pada Selasa 25 Oktober 2016
Jutak, Joe.2014.”Brahmacari – Catur
Asrama”.http://cakepane.blogspot.co.id/2014/12/brahmacari-catur-asrama.html.Di
akses pada Sabtu, 29 Oktober 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar